Kami sedang menunggu buku ketujuh kami tentang "Mbah Mutamakin"

Jumat, 01 Juli 2011

Renungan Pondok Pangelmon: Aku Bertanya Bapak Menjawab

Renungan Pondok Pangelmon: Aku Bertanya Bapak Menjawab
oleh Argawi Kandito pada 26 Juni 2011 jam 10:53

Apa sebenarnya arti kehidupan?

Kehidupan itu bisa diartikan banyak hal, mulai dari pengertian yang sederhana hingga rumit. Dalam pengertian sederhana: segala kegiatan yang dilakukan suatu obyek selama ia masih punya energi untuk melakukannya. Kalau sudah tidak punya energi itu artinya sudah tidak hidup.

Kehidupan dalam pengertian yang rumit: satu tahapan dimana suatu obyek itu berkembang dari nol menjadi tak terhingga. Di dalamnya itu ada bermacam kejadian yang dialami obyek tersebut. Mulai dari goncangan, hambatan, percepatan. Itulah kehidupan dalam arti yang komplek.

Di dalam setiap fase proses kehidupan itu sendiri ada fase-fase minor. Yang di dalam manusia itu adalah proses pendewasaan. Dari suatu kejadian manusia belajar untuk tegar, sabar, menghargai, dan sebagainya.



Orientasi hidup yang baik itu bagaimana?

Supaya lebih jelas, kita harus melihatnya juga dengan perspektif takdir. Takdir itu lintasan dari kehidupan itu sendiri. Orientasi sendiri itu menunjukkan di dalam melewati takdir itu, yang didalamnya memungkinkan adanya tikungan, jalan liku, jalan lurus, dan sebagainya. Langkah melewati takdir itu adalah orientasi. Orientasi itu berarti tujuan.



Orientasi itu melawan takdir nggak?

Tidak, tidak melawan takdir. Tepatnya, orientasi itu berbeda dengan takdir. Ibaratnya bumi yang melintasi matahari, Matahari itu punya titik jauh dan dekat dengan bumi. Lintasan bumi itulah takdir. Ingin melewati titik jauh atau titik dekat itulah orientasi. Proses mengelilingi matahari itu adalah orientasi. Berpusat pada poros yang sama itu matahari. Sedangkan lintasan bumi itu adalah takdir.



Mungkin nggak orientasi itu melawan takdir?

Sebenarnya orientasi tidak ada hubungan dengan takdir. Orientasi kehidupan itu merupakan cara pandang dalam melewati lintasan kehidupan. Harus dilakukan seperti apa? bagaimana caranya? itulah orientasi. Orientasi itu cara pandang. Orientasi itu cara pandang pribadi, dan takdir itu ketetapan.

Contohnya: Ketika bumi itu berorientasi kepada matahari, maka ia berputar mengelilingi matahari, tetapi kalau bumi tidak berorientasi pada matahari, maka dia tidak akan berputar mengelilingi matahari. Tetapi memang sudah tersedia jalannya bagi bumi itu untuk bisa mengelilingi matahari. Meskipun begitu, Kalau orientasinya bumi tidak kesitu, ya bumi tidak akan berjalan melintasi jalan itu. Tegasnya: Takdir itu potensi. Orientasi itu kerjanya, perspektifnya, untuk mewujudkan potensi. Kalau seseorang itu tidak beraksi, maka hanya mendapatkan takdir yang sedikit, setitik itu. Itulah yang saya katakan sebagai tidak ada hubungannya, atau ketidaksinkronan antara takdir dan orientasi tadi.

Orientasi itu menentukan pilihan. Hasil dari orientasi itu itu sendiri menentukan cara-cara. Cara-cara itu menentukan ilmu. Dengan demikian, orientasi itu terkait dengan ilmu. Artinya, orientasi ini yang akan berkaitan dengan suatu jenis rejeki dalam kehidupan.

Rejeki sendiri ini bermacam-macam tipe. Tipe pertama, Ada rejeki yang sesuai takdir, sudah given. Ini contohnya rejeki yang membuat manusia itu hidup. Semua manusia mendapatkan rejeki jenis ini. Tipe kedua, rejeki yang bersifat bonus (rejeki yang datangnya tidak disangka-sangka, disebut rejeki nomplok). Rejeki ini sebagai bentuk tambahan dari rejeki yang pertama yang datangnya pemberian Tuhan yang tidak terkait dengan upaya. Tipe ketiga, adalah rejeki yang bisa diunduh dengan ilmu. Nah, untuk meraih rejeki yang ketiga ini ilmu harus digunakan melalui kerja. Artinya, rejeki ini diperoleh melalui suatu upaya. Maka, siapa yang kerja dengan cara yang cerdas, giat, sungguh-sungguh akan mendapatkan. Kalau kita diperintahkan untuk mencari rejeki, maksudnya adalah rejeki yang kettiga ini. Sangat memungkinkan, kita berupa untuk mendapatken rejeki yang ketiga ini, lalu tuhan memberikan bonus untuk rejeki yang kedua tadi.



Jadi kalau begitu, berarti kemiskinan itu sendiri takdir nggak?

Kemiskinan itu ada beberapa jenis, tergantung pada sebab kemiskinan itu sendiri. Pertama, ada orang yang punya ilmu, punya kemampuan tapi hidupnya kekurangan, itu berarti orientasinya lemah. Kedua, orang yang punya ilmu tetapi tidak punya kemampuan, itu berarti tahu dan punya orientasi, tetapi tidak punya daya gerak. Ketiga, orang yang tidak punya ilmu, tidak punya kemampuan, punyanya hanya orientasi, itu sama saja dengan pergerakan yang mandek, hanya punya angan-angan. Itu juga memiskinkan. Keempat, jika seseorang itu tidak punya semuanya. Inilah yang sangat memiskinkan. Artinya, kemiskinan itu bukan takdir, tetapi bisa jadi karena pemilihan orientasi, tidak punya ilmu, tidak punya kemampuan. Jika faktor-faktor itu diatasi, maka tidak ada kemiskinan. Sebenarnya Tuhan itu tidak menciptakan orang untuk miskin. Sudah dibekali semua. Tetapi bagaimana cara menggunakan bekalnya itulah yang menjadi problem. Tuhan kan maha pemurah maha penyayang. Tidak mungkin menciptakan makhluknya dalam kemiskinan. Kemiskinan itu faktor manusiawi, bukan ilahiah.

Nah, agar supaya tidak miskin ya harus mendayakan semuanya itu.



Bagaimana dengan yang miskin terstruktur?

Tentang kemiskinan yang terstruktur, juga bisa dijelaskan dengan penjelasan di atas. Orang-orang yang berada pada kemiskinan yang terstruktur bisa jadi karena tidak mampu mengatasi faktor-faktor penyebab kemiskinan tadi. Gagal dalam memberdayakan ilmu, kemampuan, dan orientasi. Maka untuk mengatasinya, ya orientasinya ditata, ada upaya pengasahan ilmu dan kemampuan kemampuan, serta melakukan kerja secara aktif. Nah, ini yang perlu dicermati. Jangan sampai seseorang karena ketidakmampuannya itu lantas berfikir ini adalah takdir. Kalau sudah berfikir seperti itu maka akibatnya akan fatal. Kalau itu terjadi, maka mereka penganut fatalism.



Siapa yang perlu dipersalahkan dalam hal kemiskinan?

Tidak ada yang bisa disalahkan dari kemiskinan itu. Itu kondisional. Artinya diri sendiri, pemerintah, itu belum tentu salah. Tetapi bisa saja salah. Yang terpenting adalah mengurai faktor-faktor penyebab kemiskinan tadi. Artinya, semua dari mereka itu bisa secara bersama-sama mengatasi kemiskinan tersebut.