Kami sedang menunggu buku ketujuh kami tentang "Mbah Mutamakin"

Jumat, 18 September 2009

Tentang Reinkarnasi

Nugroho Yunianto, 15 September 2009 bertanya:

Aq jd inget sesuatu setelah baca statusmu tentang tabir kematian. Bagaimana menurutmu reinkarnasi itu? Apakah ada? Soalnya ada temenku yg katanya sih dia itu reinkarnasi dari seorang Yunani yg meninggal sekitar 100 tahun lalu. Dia bisa menceritakan tentang kehidupan masyarakat yunani kala itu dan bisa melukis keluarga yunaninya di kehidupan lampau. Dan dia juga bisa berbahasa Yunani sejak kecil tanpa diajari. Terus terang aq penasaran banget sama hal ini. Sedang selama ini yg aq terima di agama islam tidak ada reinkarnasi.

PENGUMUMAN TERBIT BUKU

TELAH TERBIT......


Judul Buku : MENGUAK TABIR KEMATIAN ; Pengalaman Spiritual Seorang Remaja
Penulis : Argawi Kandito
Tebal : xviii + 184 hlm
Ukuran : 12 X 18 cm
ISBN : 979-8452-60-7
ISBN 13 : 978-979-8452-60-7
Cetakan : I, September 2009
Penerbit : Pustaka Pesantren Yogyakarta
Harga : Rp. 27.500,-

TIDAK jauh berbeda dengan buku pertamanya, “Berjumpa 26 Nabi; Pengalaman Spiritual Seorang Remaja” (Pustaka Pesantren, 2008), sang remaja (usia 15 tahun) ini kembali mencurahkan sebuah pengalaman ‘yang tidak remaja’; sebuah pengalaman spiritual penginderaan lintas dimensi yang karib. Perjumpaannya dengan penghuni alam kematian yang berlapis-lapis, berdialog dengan mereka, berdialog dengan arwah gentayangan, berdialog dengan jin, berdialog dengan hampir semua malaikat kecuali Munkar-Nakir.

SEBAGAI sebuah pengalaman empiris yang sifatnya sangat pribadi dan kemudian dikisahkan ke khalayak, buku ini mungkin akan sedikit mengundang pro-kontra. Akan tetapi, setidaknya kita akan mendapat ‘penyegaran lain’ melalui sensasinya yang memang menyegarkan, agar tidak mudah memicingkan mata ketika menghadapi sesuatu yang ‘berbeda’ dari pemahaman keagamaan yang terlanjur mengerak di dunia batin kita.

LEBIH tepatnya, buku ini adalah sebuah ajakan untuk kembali melakukan perenungan terhadap hidup yang kadung kita jalani, sebuah ajakan untuk memaknai kesejatian hidup dengan mengingat mati.

Penerbit LKiS

Kamis, 17 September 2009

Tentang Lalat dalam Bejana

Malam 27 Ramadhan tahun ini (1430H), aku mendapat pertanyaan dari Om Bena tentang "apabila ada alat jatuh ke dalam bejana, salah seorang di antara kamu, hendaklah ia menenggelamkannya (kemudian membuangnya), karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada satunya terdapat obat. Menurutnya, ilmu kedokteran menentang hadits tersebut. Pertanyaannya...shahihkah hadits tersebut? dan untuk obat apa?
Sebelum menjawab petanyaan di atas, saya tanya sama bapak, apakah pernah mendengar hadits tersebut? Bapak menjawab...suatu hari makan bersama dengan kawannya, dan di dalam minuman es degan kawannya itu dimasuki lalat yang kemudian tidak bisa terbang keluar lagi. oleh kawan bapak, lalat itu didorong masuk ke dalam minuman itu, dan lalatnya kemudian dibuang, setelah itu minuman itu diminum. Alhamdulillah...setelah kejadian itu tidak pernah terdengar mengalami sakit akibat lalat itu.
Pada dasarnya saya baru mendengar tentang hal itu. Untuk dapat menjawab itu, maka saya berdialog dengan Nabi Muhammad SAW. dalam dialog itu saya mendapatkan jawaban bahwa..dalam memahami hadits bisa dengan banyak cara. Ada hadits yang telah jelas menunjukkan maknanya, dan ada hadits yang bersifat metafora atau kiasan. Tentang hadits di atas bisa dimetaforakan ke dalam ilmu-ilmu lain, seperti ilmu politik, ilmu ekonomi, sosial, dan sebagainya.
Saya diberikan contoh metaforanya seperti ini: Misalnya ada orang jahat bergabung dalam organisasimu, janganlah ditolak, tetapi ajaklah ia masuk, bimbinglah dengan ketulusan hingga ia menemukan kebenaran, setelah ia menyadari perlunya berbuat benar, berilah kesempatan padanya untuk menyebarkan kebenaran di tempat lain.
Demikianlah Om Bena, dan para pembaca yang budiman. Tentu saja wallohu 'aam bish showab.